Sempat aku bercermin.memandang jiwa dan merasakan rasaku.
Dia yang membangkitkan aku dengan cinta, dan dibinasakan oleh kebencian..
Dia yang membangkitkan aku dengan kemuliaan, dan dibinasakan oleh kehinaan..
Dia yang membangkitkan aku dengan kekuatan, dan dibinasakan kembali dengan kelemahan..
Ya.. semua binasa akibat kebodohanku. Kukira ini telah berakhir, ternyata ini hanya awalan. Semua berawal kembali dengan pekikan lirihku yang parau .
Sepanjang senja aku hanya berikrarkan malam.
Dalam malam kutasbihkan fajar.
Ketika fajar telah menampakkan sinarnya yang membelah jubah malam, aku tersadar. Hari ini akan kumulai dengan kekosongan, tanpa harapan. Karna kutahu , itu hanya akan membuatku semakin terjerembab dalam kenistaan. Bodoh kah aku, ketika kugantungkan semua angan dalam mimpi, jika mimpiku adalah dia.
Di alam bebas aku berteriak, bahwa dia adalah milikku, namun ia menggumam. Bahwa bukan aku pemiliknya.
Aku bersimpuh dikaki malam.. menghabiskan rasa yang tersisa. Berbicara pada Tuhan. Berharap aku dapat memiliki kesempurnaannya. Namun ia bergumam lain. Dia berharap aku membencinya.
Entah perih mana lagi yang kurasa ini..
Entah lirihan doa mana lagi yang harus kutahlilkan..
Entah apalagi selain hatiku yang ku taruhkan..
Karna semua itu telah dia tampik dengan dia dapat bernafas tanpa aku. Aku yang disini. Aku yang menganggapnya sempurna, layaknya Dia yang kusujudkan.
Inilah kenistaanku, kehinaanku, kemunafikanku dalam menyebut cinta dibawah nama Tuhan..
Kini aku hanya bagaikan lilin yang perlahan meleleh olehnya..
Sudah banyak kata yang berjatuhan dari penaku. Hanya berharap dia sadar..
Matahari yang meredupkan cahaya kelam bintang malampun tak dapat membuatku bergeming. Karna yang kuinginkan adalah cahayanya. Tak peduli dengan matahari..
Ya inilah kalimat angan dan kenyataanku yang terpisah oleh jasadku, tetapi akan selalu bersama ruhku..
Rabu, 07 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar